Asasunnajah header

Menyelami Bumi Seribu Wali dan Mengenal Para Habaib Lewat Buku Catatan Dari Tarim

16 komentar

 

Buku Catatan Dari Tarim

Semenjak pertama kali melihat gambar buku ini bersliweran di story whatsapp maupun instagram, ia telah sukses mencuri perhatianku. Seperti yang telah kuceritakan, aku paling suka buku-buku dengan gaya bahasa ringan namun pesan moral tetap berbobot. 
Sebelum memutuskan untuk membeli, aku  sempat bingung juga antara membeli buku ini atau novel. Secara aku sudah haus bacaan lagi. Setelah mempertimbangkan dengan membaca sinopsis beberapa novel incaran, akhirnya aku memutuskan untuk membeli buku ini saja lantaran  novelnya masih belum berhasil menarik perhatian. 
Cuss aku menghubungi penerbitnya langsung, namun karna slow respon mungkin saat itu sedang padat-padatnya jadwal Neng Najhaty Sharma selaku owner Najhaty Pena, akhirnya aku memutuskan untuk membeli ke agennya.
Kurang lebih nggak sampai seminggu buku ini hadir dalam genggaman menjadi penawar akan kerinduanku pada bacaan baru, aku pun kegirangan. 

Identitas Buku Catatan Dari Tarim

Judul Buku: Catatan Dari Tarim
Penulis: Ismael Amin Khalil
ISBN: 978-623-95392-0-7
Editor: Novie Purwanti
Tata Letak: Najhaty team
Design Cover: Agung Nugroho
Penerbit: Najhaty Pena
Tahun Terbit: 2020
Halaman: xiv + 253 hlm; 14x20,5cm

Sekilas Tentang Penulis

Beliau adalah Ismael Amin Khalil yang biasa disapa dengan Ra Ismail. Ra ini diambil dari kata 'Lora' yaitu sebutan untuk putra seorang Kiai di Madura. Membaca riwayat pendidikannya membuatku cukup angkat topi. Meskipun masih muda tapi kealimannya jangan ditanya. Beliau juga merupakan salah satu cicit Syaikhona Kholil Bangkalan. 

Membaca bukunya dari halaman pertama aku kira beliau masih jadi anggota JFL (Jomblo Fi Sabilillah). Barulah ketahuan pada lembar-lembar terakhir ternyata sudah alumni alias sudah resmi menikah. Setelah kemaren stalking instagramnya di @ismaelalkholilie eh rupanya baru saja launching buah hati perdana. Selamat, barakallah ya Lora ..

Riwayat pendidikan pesantrennya beliau awali pasca lulus SD dengan nyantri di PP. Darul Falah Bangsri Jepara yang masyhur dengan Amtsilati. Metode belajar membaca kitab kuning yang juga menjadi obyek penelitian thesis suamiku.
 
Kemudian beliau melanjutkan petualangan  ilmiahnya ke PP Al-Anwar Sarang Rembang asuhan KH. Maimun Zubair. Kecintaannya terhadap ilmu menjadikannya tak melewatkan petualangan ilmiahnya di pesantren-pesantren lain di negeri ini, hingga perjalanannya sampai ke Negeri Bumi para wali tempat dimana catatan ini ditorehkan. 

Tak jarang prestasi-prestasi akademik maupun non akademik ia raih. Menjadi bintang kelas berkali-kali, menjuarai lomba membaca kitab se-provinsi Jawa Tengah, dan menjadi bagian terdepan dalam setiap kegiatan ilmiah. Luar biasaa Lora, semoga Allah anugerahkan juga kecerdasan serupa pada anak-anakku. Amiin.

Insight Dari Buku Ini

Membaca buku ini aku tidak hanya mendapat gambaran tentang kondisi bumi seribu wali beserta karakter penduduknya yang memegang teguh prinsip kesederhanaan, dimana kesederhanaan itu bukan karna faktor ketertinggalan zaman. Aku baru tahu kesederhanaan itu memang faktor kesengajaan yang diciptakan oleh penduduk negeri seribu wali.
Beberapa hal ini juga cukup menjadi wawasan baru bagiku :
  • Sempat merasa mak deg juga saat sampai pada kata "kluyuran" yang mendeskripsikan perjalanan dakwah ke luar negeri para dai Yaman pada halaman 9, dengan menggunakan kata "kluyuran" kemudian "korban ulah-ulah mereka" rasanya jadi terkesan negatif. 
Sejarah mencatat bahwa nyaris dua pertiga dari sekian milyar muslimin yang ada di dunia ini, kakek moyang mereka memeluk Islam gara-gara para dai dari Yaman yang kluyuran ke luar negeri. Negeri kita adalah salah satu korban ulah-ulah mereka itu. Akibatnya kita menjadi bangsa dengan angka muslimin terbanyak di seluruh penjuru bumi. 
  • Walaupun demikian melanjutkan halaman-halaman berikutnya aku seperti sedang direparasi cara pandang dalam hal menghormati dan mencintai habaib. Bahwa mencintai keturunan Nabi atau siapapun yang dalam tubuhnya mengalir darah Rasulullah, entah itu yang tua maupun yang muda, yang besar maupun kecil, bagaimanapun perilakunya tak ada pengecualian dalam menghormati maupun mencintai habaib. 
  • Catatan penting tentang menghormati dan mencintai keluarga Nabi SAW ini juga rasanya hadir sebagai penawar atas prasangka terhadap para habib yang biasa bertandang ke rumah Bapak di kampung dan juga yang biasa bertandang ke para Kiai. Hiks siapalah aku hanya setitik debu yang terhempas angin.
  • Membaca buku ini aku juga seakan sedang diajak berkenalan lebih dalam pada sosok Habib Umar Bin Muhammad Bin Salim Bin Hafidz juga amaliahnya sehari-hari. Selama ini hanya tahu photo-photonya di media sosial tanpa menyelami profilnya lebih dalam.
  • Selain berkenalan dengan para habib yang ilmu dan amaliahnya tingkat langit, aku pun dibuat terkagum-kagum dengan kehidupan Yaman pada bulan Ramadhan. Dikisahkan pada bulan Ramadhan penduduk Yaman saling berlomba menghidupkan malam-malam Ramadhan. Tak hanya tokoh-tokoh ulamanya namun semuanya saling berlomba memperbanyak khatam al-qur'an.  
Selain mengajak pembaca menyelami bumi seribu wali, selebihnya masih banyak pesan-pesan moral yang aku dapatkan dari Catatan Dari Tarim. Nggak nyesel memutuskan untuk membeli buku ini. Kalian yang pensaran bisa juga membeli ke penerbitnya, penulisnya atau di agen-agen terdekat.

Sekian dulu revew dari aku, nantikan revew buku selanjutnya ya..

Asasunnajah
Seorang ibu tiga anak yang sedang belajar menulis dan berjualan online. _Salam silaturahim_

Related Posts

16 komentar

  1. Pengen baca juga dan berkenalan pada sosok Habib Umar Bin Muhammad Bin Salim Bin Hafidz :)
    Btw, jadi pengen Ramadhan di Yaman nih hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya beruntung sekali yang telah menjadi muridnya..

      Hapus
  2. Jujur sih, sebenarnya saya masih belum tertarik dengan buku-buku non-fiksi, apalagi belum pernah membacanya

    BalasHapus
  3. Baca judulnya udah pengin bacaa karena ada temen yg dulu juga kuliah di Tarim. Eh taunya si penulis dari Madura juga ya kak. MasyaAllah. Suatu kebetulan yang indah

    BalasHapus
  4. Huhuhu mbak nafis lagi dunk reviewnya, kurang panjang, aku mau tahu pesan apa lagi selain pesan untuk "kluyuran" itu. Apakah ada part 2 nya mbak?*duh ngarep banget. Nanti malah jadi bedah buku ya mbak, LOL. Anyway ditunggu review buku lainnya ya mbak nafis. Salam kenal

    BalasHapus
  5. Mba nafis aku jdi kepikiran habib di indonesia kok dibeginiin bgt, sedih dan khawatir jga bakal di azab apa negeri kita ini..

    BalasHapus
  6. baca tentang penulis, aku juga ikutan angkat topi mbak. kisah para habaib memang penuh liku ya mbak.

    BalasHapus
  7. Selalu ada banyak pelajaran yang bisa kita petik dari perjalanan hidup seseorang ya mba. Apalagi habib pasti luarbiasa.

    BalasHapus
  8. Penasaran jadi pengen Baca Buku ini, pengen tahu lebih detail juga tentang negeri seribu Wali yang terkenal ini. Ya Allah semoga nanti bisa rihlah ke Yaman dan melihat ke sederhana an kehidupan disana

    BalasHapus
  9. Wah, seru kali ya mbak menghabiskan waktu di Tarim. Buku ini kayaknya berisi pengalaman si penulis dan kaitan dengan penyebaran Islam dunia juga, menarik jadi kepo

    BalasHapus
  10. MasyaAllah selamat mba Lora, barokallah ini bakalan bermanfaat banget bukunya. Jadi penasaran aku Mba dengan bukunya. Selama ini seringnya baca buku anak-anak karena ringan, boleh nih jadi rekomendasi

    BalasHapus
  11. Saya kadang penasaran dengan kehidupan paa habaib. Tpi sampais ekarang belum pernah membaca hingga tuntas kisah hidupnya. Btw saya jadi fokus sama Gus Ismaelnya. Heheheheh

    BalasHapus
  12. saya auto kepo IG nya lora, karena baru dengar namanya kali ini. Bukunya juga keliatannya menarik karena membahas tentang nasab rasululloh yang sedikit sekali kita tahu.

    BalasHapus
  13. Baca Ulasannya jadi Penasaran pengen baca gmna penyebaran islam pada masa itu

    BalasHapus
  14. belum tahu banyak kisah para habaib, padhal spertinya menarik baca kisah hidupnya,,,, makasih ulasannya kak

    BalasHapus
  15. Baca kata petualangan jadi tertarik... Jadi, buku ini sekaligus merangkum berbagai metode pendidikan di beberapa pesantren juga atau nggak, Mbak? Dan bertualang ini dalam arti berpindah-pindah tempat belajar, atau untuk berkunjung?

    BalasHapus

Posting Komentar