Asasunnajah header

Menyemai Benih Cinta Al-Qur'an (Catatan Ngobrol Bareng Ning Nida)

Posting Komentar
Tahapan Belajar Al-qur'an

Penghujung tahun 2022 tepatnya tanggal 30 Desember alhamdulillah Allah menaqdirkan saya turut urun telinga dalam ngobrol bareng Ning Nida "Dewi Yuhanida" pengasuh PP.Bahrul Ulum Kedungbajul Trenggalek. Obrolan dengan tajuk "Berproses Dengan Al-Qur'an" sebagai hajatannya akun @siningaji digelar via zoom. 

Saya sangat percaya bahwa kesempatan ini bukan kebetulan semata, tapi pastilah ada misi Allah untuk saya. Sepertinya Allah sedang memberikan jalan untuk berbenah diri, mereset niat dalam babagan menghafal. Pokoknya berbenah bersama al-qur'an.

Sedikit telat nyimak karna harus menaklukkan aksi drama anak yang ngantuk berat, tapi alhamdulillah saya tidak tertinggal jauh-jauh amat. Obrolan yang dimulai pukul 19.30 kalau kata orang-orang jaman sekarang isinya bener-bener "daging semua" sampai 60 menit rasanya masih kurang karna beberapa pertanyaan yang kuajukan ada yang tidak terjawab lantaran terbatasnya waktu.

Meski dua pertanyaan saya tidak terjawab, tetapi saya mendapatkan banyak sekali insight dari jawaban-jawaban pertanyaan lain. Jujur setiap yang diuraikan beliau seakan menyibak tabir rahasia lain dan bener-bener menginspirasi. Rasanya seperti ingin membenahi semua dari nol.

Saking exitednya saya sampai menyempatkan waktu khusus untuk menyimak, lalu mengikat hasilnya versi saya disini, supaya kelak bisa jadi pengingat dikala semangat surut.

Mengawali obrolan, beliau menyampaikan beberapa motivasi yang sangat menggugah jiwa, bahwasannya ahlul qur'an adalah golongan terbaik. Apa-apa yang berkaitan dengan al-qur'an menjadi terbaik. 

Seperti malaikat jibril ia menjadi pemimpin malaikat karna ia menjadi perantara turunnya al-qur'an. Begitupun Nabi Muhammad, beliau menjadi sulthonul anbiya', lagi-lagi karna beliau menjadi penerima al-qur'an.

Maka sangat beruntunglah orang-orang yang mendapat anugerah ahlul qur'an, karna ia menjadi manusia terbaik.

"Khoirukum man ta'allamal qur'ana wa'allamahu" 

Karenanya teruslah belajar al-qur'an dan mengajarkannya hingga akhir khayat. Agar kelak masuk dalam golongan ahlul qur'an ahlullah. 

Petikan Obrolan Bareng Ning Nida

Setelah menyimak uraian beliau yang begitu memukau, maka terbitlah beberapa insight yang boleh kalian nikmati juga biar nggak kunikmati sendirian,

Pertama-tama saya mulai dari pertanyaan tentang bagaimana cara menumbuhkan rasa cinta terhadap al-qur'an. Ini berlaku untuk siapa saja tidak hanya para penghafal al-qur'an. 

Dikatakan bahwa "witing tresno jalaran soko kulino", maka dawuh Ning Nida siapa saja yang ingin menumbuhkan rasa cinta terhadap al-qur'an, sering-seringlah berinteraksi dengan al-qur'an. 

Berinteraksi tidak hanya diartikan dengan nderes saja, tetapi dimaknai lebih luas lagi. Bisa dengan cara rutin memperdengarkan al-qur'an, turut berperan dalam event-event al-qur'an, mendukung segala sesuatu yang berkaitan dengan syiar al-qur'an.

Membangun interaksi bisa juga dengan turut andil dalam memperjuangkan al-qur'an lewat jalan apapun. Jika mampu memberikan support berupa materi atau hanya bisa support lewat tenaga tidak masalah. Sebab sekecil apapun peran kita dalam memperjuangkan al-qur'an semua itu pasti akan dicatat oleh Allah dan mendapatkan bagian ganjarannya.  

Dawuh beliau "Bangunlah nasab mulai dari diri kita", dengan turut memperjuangkan syiar al-qur'an lewat kemampuan yang kita bisa. Biidznillah kelak akan lahir genarasi pecinta al-qur'an. Dan itu sudah banyak dicontohkan oleh para salaf solihin.

Point berikutnya adalah soal niat menghafal. Seringkali seseorang mengeluhkan perihal hafalannya, sudah khatam 30 juz tapi masih gini-gini aja. Seperti hidup tak segan mati tak mau, bacaan maupun kelancarannya jalan di tempat, nggak ada kemajuan. 

Maka cobalah tanya pada rumput yang bergoyang. Benarkah niatnya dalam menghafal sudah lillahi ta'ala dan benar-benar hanya mencari ridho Allah. 

Jika niatnya hanya ingin namanya harum lantaran berpredikat hafidhoh, saatnya reset niat. Sebab mereka yang  benar-benar niat menghafal lillahita'ala akan menikmati setiap prosesnya, mau bersabar melewati tahapan-tahapan dalam belajar al-qur'an. 

Tidak tergesa-gesa dalam membaca, mau belajar memahami makhorijul huruf, sifatul huruf, ahkamul huruf hingga praktik dengan talaqqi dan bermusyafahah pada guru yang berkompeten dalam bidang menghafal. Sehingga akan melahirkan hafalan yang berkualitas.

Salah satu kalimat beliau yang sangat menancap dalam benak, 

Hafalan yang berkualitas dibutuhkan nderes yang berkualitas. 

Nderes berkualitas ini tidak hanya miji-miji dalam membaca, memenuhi kaidah bacaan tajwid tapi juga fokus, tidak terdistraksi oleh aktifitas lain, benar-benar mendedikasikan waktunya khusus untuk deres.

Selanjutnya beliau dawuh, "Barangsiapa ingin berhasil dalam menghafal al-qur'an maka harus berada di tengah-tengah atmosfer al-qur'an, sebab lingkungan sangat berpengaruh. Salah satu pesan dari ayahanda Ning Nida, saat mencari guru maka carilah guru yang benar-benar kompeten dalam hal menghafal, agar waktu yang terpakai tidak terbuang sia-sia.

Sebagai motivasi untuk kita, mari kita ingat-ingat usia nabi saat pertama kali menerima al-qur'an yakni di usianya yang telah matang  40th dan selesei di usia 63th, itu artinya kita tidak perlu merasa tua untuk memulai belajar al-qur'an.

Teringat dawuh beliau, kujadikan sebagai motivasi pamungkas 

Al-qur'an adalah hidangan Allah, maka terimalah hidangan dariNya dengan antusias. Jadikan orientasi menghafal sebagai taqorrub ilallah, maka sekali-kali setoranlah langsung dihadapan sang pemilik kalam saat shalat. 

Wallahul muawaffiq ila aqwamittariq

Sekian, wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Semoga sedikit catatan ini bisa bermanfaat.

Asasunnajah
Seorang ibu tiga anak yang sedang belajar menulis dan berjualan online. _Salam silaturahim_

Related Posts

Posting Komentar