Bacalah dua buku tiap bulan, satu fiksi dan satu non fiksi, maka tunggulah perubahan apa yang akan terjadi dalam setahun.
Sebuah pesan yang kudapat dari seorang penulis, yang ternyata membuatku selalu terngiang-ngiang. Begitu dahsyatnya kata!
Penghujung awal tahun, alhamdulillah dua buku fiksi sejarah telah habis kulahap.
Belajar sejarah, bagiku seperti makan makanan yang keras dan sulit dicerna, apalagi sejarah dunia. Nggak usah ditawari, baru dengar aja rasanya seperti alergi.
Tapi seperti balita yang mogok makan sayur, akan lain ceritanya jika cara mengolah dan menyajikannya berbeda. Kira-kira seperti itulah gambarannya. Akhir-akhir ini aku agak tertarik belajar sejarah, tentu saja karna cara penyajiannya yang beda.
Lewat novel, pelajaran sejarah menjadi tak terasa bahkan membuatku seperti ketagihan. Ya, aku dibuat makin kehausan akan sejarah dunia. Meski harus kuakui saat membacanya seringkali beberapa tokoh sejarah, latar maupun setting belum sepenuhnya kupahami secara detail.
Inilah salah satu kelemahanku, selain kurang lemak nampaknya aku pun kurang cekatan menangkap detail-detail nama tokoh apalagi tokoh-tokoh pembesar Romawi atau Yunani.
Seperti kali ini, garis taqdir menuntunku pada dua buah buku novel karya Yuke Neza. Sama-sama novel sejarah, dan entah mengapa saat membaca judulnya hatiku langsung tergerak untuk mengadopsi.
Mungkin saat itu tengah haus-hausnya bacaan. Jadi pucuk dicinta ulam pun tiba. Ya sudah fix pesan dua sekaligus, dan alhamdulillah dapatnya nggak cuma dua novel, tapi dapat bonus buku koleksi pribadi plus training menulis novel sejarah. Manstap bukan?
Pelajaran moral saat hendak membeli buku, belilah buku yang ada diskon dan bonusnya biar untung banyak. hehe
Ok baiklah kali ini aku akan revew salah satunya yang berjudul The Manager Alexandria.
Sekilas Tentang Novel The Manager Alexandria
Buku bersampul warna kuning dengan ketebalan isi 700-an halaman ini, berhasil kulahap dalam kurun kurang dari seminggu. Adalah sebuah prestasi tersendiri bagiku, membaca buku sejarah dengan begitu singkat.
Bukan karna otakku yang cerdas, sungguh kalau bukan karna narasinya yang memikat tentu aku sudah menyerah sebelum khatam, seperti buku-buku sejarah sebelumnya.
Ini adalah buku kedua yang kubaca buah karya Yuke Neza setelah The Dealer Nabatea. Sungguh beliau begitu piawai meramu dan mengolah kata sehingga menjadi sebuah narasi yang begitu mengena.
Buku terbitan AYE Media ini juga berhasil membuat kepalaku nggak terasa pusing pun mual saat membacanya. Aku bahkan sampai mencuri waktu istirahat siang dan malam, hingga rela membaca dibawah cahaya handphone saat semua dalam lelap.
Demi apa coba? Ya demi menuntaskan rasa haus yang ditawarkan bab demi bab. Keren parah lah!
Judul Buku: The Manager Alexandria
Penulis: Yuke Neza
ISBN: 978-623-953-277-2
Editor: Yuke Neza
Tata Letak: Ni.El
Design Cover: Ni.El
Penerbit: AYE Media
Tahun Terbit: 2022
Halaman: 708 hlm
Alexandria dan Kisah Cinta Yang Tak Terduga
Mendengar nama Alexandria rasanya seperti tak asing di telinga, nampaknya nama itu pula yang menarik-narik hatiku untuk mengadopsi novel ini.
Nama salah satu kota di Mesir yang juga menjadi nama tokoh utama dalam novel ini. Perempuan setengah muda yang tengah mengalami gejolak cinta dengan putra mahkota pewaris tahta.
Perempuan yang terlahir dari rahim salah satu selir Raja Alexander Agung, namun ibunya menyembunyikan identitasnya dari orang-orang hatta dirinya demi keselamatan nyawanya.
Perjalanan cintanya kepada putra mahkota Yang Mulia Muda Ptolemy begitu dipenuhi dengan intrik yang pelik lagi membingungkan. Apalagi Alexandria sendiri tidak menyadari akan jati dirinya.
Namun janji setianya yang ia pegang teguh pada Yang Mulia Muda Ptolemy, laksana janji setia Firaun Ptolemy pada Alexander Agung yang dalam diri Alexandria mengalir darahnya, membawanya pada kenyataan demi kenyataan yang begitu mengejutkan.
Ia pun harus berhadapan dengan kakak kekasihnya yang telah dijodohkan oleh Ibunya. Calon istri sekaligus saudara kandung Yang Mulia Muda.
Tak hanya pernikahan sandiwara, ia pun harus menjalani setiap rencana demi rencana yang telah diatur sedemikian rupa oleh Yang Mulia Muda demi keberlangsunan dan kedekatan hubungannya.
Yang menggelikan dan membuat lebih pelik lagi, demi memenangkan hati Yang Mulia Muda, Alexandria harus menelan pil pahit kenyataan bahwa ia harus menjalani pernikahan sandiwara dengan Lagos.
Pernikahan yang telah direncanakan oleh Yang Mulia Muda Ptolemy Sendiri. Belum lagi kecelakaan perasaan yang harus dialami pada rekan kerjanya. Membuat Alexandria dihantui perasaan bersalah pun statusnya yang makin tak jelas.
Rasanya begitu pelik menjalani peran sebagai Alexandria. Dan yang membuatku geleng-geleng kepala, bisa-bisanya si penulis membuat jalan cerita yang begitu berliku-liku dengan ending yang tak bisa diterka.
Kesimpulan
Dari kisah cinta Alexandria dengan Yang Mulia Muda Ptolemy yang berliku-liku juga kehidupan kerajaan yang penuh dengan intrik, akhirnya kutarik satu benang merah bahwa,
sekalipun hidup berlimang harta dibawah naungan kerajaan, tidak menjamin ketenangan hidup seseorang. Jabatan, kekayaan, keturunan hanyalah titipan.
Dari buku ini pula aku bisa merasai betapa Mesir masa lampau tak bisa diremehkan peradabannya. Sungguh penulis telah berhasil menyajikan pesona sejarah dengan begitu indah.
Akhir kata pesan dari penulis,
Sejarah adalah tempat kita belajar tentang arti kehidupan. Selamat membaca.
Sekian.
Posting Komentar
Posting Komentar