Asasunnajah header

Memungut Kebaikan Dibalik Derita Sakit

Posting Komentar
Hikmah Dibalik Sakit

Bulan Agustus adalah bulan penuh gelora perjuangan yang hari-harinya dimana-mana dipenuhi dengan aneka perlombaan maupun karnaval peringatan tujuh belasan. Namun menutup lembar agustus kemarin, kami sekeluarga mendapat jatah parade demam (sakit bergilir).

Dimulai dari bapak suami, menyusul saya sendiri, lalu setelah suami sembuh dan saya masih dalam masa pemulihan, menyusul si sulung yang mengeluhkan sakit kepala, mual, muntah hingga mimisan hampir lebih dari  tiga hari. 

Belum pulih si sulung, menyusul pula si bungsu yang badannya demam, ditutup oleh anak kedua. Alhamdulillah sibungsu dan anak kedua tak separah yang kubayangkan. Hanya demam tak sampai dua hari telah kembali pulih.

Sementara si sulung aku tak kuasa menyaksikan penderitaannya menanggung sakit kepala yang tak kunjung reda. Akhirnya pertahanan pun jebol juga, dahlah kami nyerah. Demi menghalau kekhawatiran, akhirnya kupasrahkan pada bidan untuk diperiksa. 

Alhamdulillah setelah dua hari minum obat, akhirnya kembali sehat.  

Meskipun demikian tetep alhamdulillah kami panjatkan, sakit yang kami derita bukanlah sakit yang bergengsi yang mengharuskan terbaring dengan aneka selang yang terpasang diatas bangsal pesakitan. Kami hanya perlu istirahat dan konsumsi obat secukupnya untuk beberapa hari. 

Apa Yang Kami Lakukan Untuk Mengatasinya?

Belajar dari pengalaman sakit beruntun beberapa tahun lalu, kami selalu berusaha mengatasi rasa sakit secara mandiri di rumah dengan mengandalkan air putih beserta herbal perdapuran. Walapun kami juga tetap mengandalkan obat dari apotik.

Untuk mengatasi sakit saya sendiri dengan gejala pusing ringan, tenggorokan terasa serik, demam, mual hingga muntah seperti biasa andalan pertama adalah air putih hangat yang diberi secimit garam untuk meredakan tenggorokan.

Karna nggak betah berlama-lama demam, aku pun memutuskan untuk konsumsi obat pereda demam dari warung sebelah. Alhamdulillah paginya setelah minum obat, keringat mulai membasahi badan. 

Namun sayangnya aku lupa minum air putih hangat usai minum SMJJ (susu madu jahe jinten) sebelum tidur. Kenapa minum SMJJ segala? Karna ini andalanku juga untuk menghalau rasa mual.

Paginya aku pun harus menanggung tenggorokan yang terasa mengganjal dan makin sakit. Mungkin ini efek sisa-sisa endapan susu sapi yang menempel di tenggorokan. Tak mengapalah, yang penting mual teratasi.

Disitulah aku teringat minuman favorit saat demen-demennya diet jaman masih lajang dulu. Secara mandiri aku membuat perasan jeruk nipis yang diseduh air hangat campur satu sendok madu. 

Alhamdulillah dua kali minum ramuan itu disertai guyuran air hangat setiap waktu, tenggorokan sudah tak sakit lagi. Demam pun tak lagi menyerang, begitu pula tenggorokan telah terasa mendingan, namun badanku masih terasa lemah, lesu dan tak bergairah.

Demi menghimpun kekuatan aku pun teringat juz rendaman kurma yang terasa nikmat diminum saat sahur. Yang membuat badan terasa fresh diajak berpuasa. 

Beruntung ada stok kurma di kulkas, cus kubuat juz kurma. Dan sebagai penyempurna, kuisi hari-hari dengan berjemur dibawah mentari pagi. Kini, alhamdulillah sakit telah lewat badan pun kembali sehat. .   

Hikmah Dibalik Sakit. 

Dari parade pesakitan yang telah kami lewati, ada beberapa ceceran hikmah yang bisa kami pungut. Diantaranya adalah, saya benar-benar merasa bahwa sakit itu NGGAK ENAK SAMA SEKALI. Padahal ini masih sakit ringan, tak bisa dibayangkan dengan sakit yang berat, pastilah jauh lebih nggak enak.

Jika dahulu saat masih single, moment sakit bisa jadi kesempatan untuk bermanja-manja. Sekarang jangan ditanya, kalian yang seperjuangan dengan banyak momongan, pastilah nggak akan betah sakit berlama-lama.

Rasulullah bersabda, 

"Tidaklah seseorang yang sedang sakit, terus menerus, kepayahan, sedih, bahkan menyusahkannya, kecuali dosa-dosanya akan dihapus Allah."

Selain hikmah yang diambil dari sabda Rasulullah beberapa pelajaran moral lain yang tiba-tiba saja muncul dalam pikiran setelah melewati fase nggak enaknya sakit :

Pertama, melihat orang lain sakit jadi teringat betapa nggak enaknya kondisi itu. Apalagi jika sakit yang diderita lebih parah. Dari sini muncullah rasa empati..

Kedua, sakit sekalipun nggak enak tetep disyukuri, masih diberikan sakit yang ringan dan masih kumpul bareng keluarga, saling meladeni satu sama lain. Tengoklah betapa susahnya mereka yang harus dirawat di Rumah Sakit dan harus berpisah dengan anak-anak untuk sementara waktu, pastilah lebih berat.

Ketiga, setelah sembuh jadi makin bersyukur masih diberikan kesehatan. Makin menyadari betapa berharganya sebuah kesehatan, sehingga tidak ingin melewatkan waktu sedetikpun untuk berbuat kebaikan sebagai ungkapan rasa syukur.

Keempat, jadi menyadari betapa kesehatan kita saat ini adalah impian mereka yang tengah sakit. Nafas kita saat ini adalah impian mereka yang telah berkalang tanah. Dengan kesehatan yang dianugerahkan kepada kita, artinya Allah memberikan peluang untuk lebih memaksimalkan waktu demi mengumpulkan bekal untuk kehidupan selanjutnya yang lebih kekal.

Kelima, pasca sakit aku jadi mulai memaksakan diri untuk sering-sering makan, meskipun sedikit-sedikit mengingat nafsu makanku tak begitu baik. Aku jadi teringat dawuh guru, bahwa aktifitas makan bisa jadi bernilai ibadah jika diniati untuk menghimpun energi supaya kuat melakukan amal kebaikan. 

Untuk diriku, yuk semangat memperbaiki pola makan, biar badan sedikit berisi dan mengembang.

Dear kawan, setidaknya inilah kebaikan-kebaikan dibalik derita sakit di penghujung Agustus kemarin yang tiba-tiba saja muncul dalam pikiran yang kemudian ingin kuikat dalam catatan. Semoga  bisa menjadi pengingat dikala surut semangat.

Sekian pemanasan tarian jemari yang sekian purnama telah alpha.

Asasunnajah
Seorang ibu tiga anak yang sedang belajar menulis dan berjualan online. _Salam silaturahim_

Related Posts

Posting Komentar